PENGARUH POLYMER TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC)

Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay 

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dewasa ini dilakukan secara terpadu antara daerah yang terpencil dengan daerah yang lebih duluan maju seperti kota. Perwujudan pembangunan ini bermula dari pembangunan infra struktur yang memadai sehingga hubungan antar satu tempat dengan tempat lain dapat dicapai dengan transportasi waktu tempuh lebih pendek. Salah satu infra struktur yang mengambil peranan penting dibidang transportasi ini adalah jalan raya.

Jalan raya yang merupakan penunjang kelancaran dari transportasi darat mempunyai peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan suatu daerah. Jalan raya perlu dirancang dengan baik sehingga dapat menciptakan kenyamanan dan keselamatan saat dipakai. Jalan raya yang dibuat harus memenuhi standar sebagaimana layaknya sebuah jalan raya. Jalan raya yang baik dibutuhkan perkerasan jalan yang baik supaya lalu lintas menjadi lancar, aman dan nyaman. 

Salah satu jenis perkerasan yang umum dikembangkan  di Indonesia adalah jenis perkerasan lentur.  Pada perkerasan lentur jenis ini menggunakan campuran aspal. Campuran aspal ini biasanya disebut dengan  Asphalt Concrete (AC) atau dalam bidang rekayasa jalan raya Indonesia yang  disebut  sebagai Lapis Aspal Beton atau disingkat dengan campuran aspal Laston. 

Pembuatan campuran Laston ini perlu dipertimbangkan karena  membutuhkan aspal dalam jumlah yang sangat banyak. Kebutuhan aspal dalam campuran Laston yang dibutuhkan dalam struktur perkerasan jalan tidak begitu banyak. Bila aspal yang digunakan dalam perkerasan jalan dengan jumlah yang banyak dapat disubstitusi dengan bahan polymer. Bahan-bahan ini diharapkan dapat menggantikan sejumlah aspal dimana hasilnya tidak berbeda jauh.

Kebutuhan akan pembangunan jalan raya dalam ukuran volume yang begitu besar, maka kebutuhan akan aspal juga semakin banyak. Disisi lain, bahwa banyak bahan-bahan limbah yang terbuang terutama dari bahan-bahan polymer seperti ban kendaraan, Polyethylena terapthalene (PET), LDPE, styrofoam dan polymer lainnya.  Bukan tidak mungkin ini terjadi karena bahan-bahan polymer ini sangat sulit diuraikan oleh mikro organisme sehingga lambat laun  menjadi gunung sampah ban kendaraan dan akhirnya bahan ini menjadi polutan di dalam tanah. 

Bahan-bahan polymer yang tidak dapat diuraikan ini perlu dicari alternatif untuk dimanfaatkan kembali. Bahan-bahan polymer ini masih mungkin untuk dijadikan bahan campuran dalam pembuatan campuran Laston lapis aus (AC-WC) walaupun dalam jumlah tertentu.

Dari hasil analisis di atas, alternatif  memanfaatkan bahan-bahan polymer yaitu menggunakan dalam perkerasan jalan raya. Diharapkan dalam bahan polymer ini dapat memberikan manfaat dari segi karakteristik campuran Laston Lapis Aus (AC-WC). Alasan-alasan dan analisis-analisis yang tersebut di atas akan menjadi pijakan ketika judul penelitian Pengaruh Polymer Terhadap Karakteristik Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) dijadikan sebagai bahan kajian penulisan tugas akhir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka berikut ini akan dirumuskan masalah untuk dijadikan sebagai bahan kajian penelitian  adalah sebagai berikut :

1. Berapakah kadar aspal optimum untuk membuat campuran Laston ?

2. Bagaimanakah karakteristik Marshall menggunakan substitusi limbah polymer dengan berbagai variasi ?  

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, agar dapat berhasil dengan baik berikut ini diberikan batasan-batasan masalah :

1. Perencanaan campuran aspal beton AC-WC mengacu pada spesifikasi Bina Marga (2010).

2. Penelitian dilakukan di Laboratorium Aspal Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Almuslim.

3. Sumber campuran beton aspal yang dipakai pada penelitian ini terdiri dari:

        a. Aspal minyak penetrasi 60/70.

        b. Agregat kasar dan halus.

        c. Bahan limbah polymer yang digunakan berasal bengkel masyarakat.

4. Pengujian karakteristik Marshall campuran meliputi  rongga dalam mineral agregat (Void in Mineral Aggregate/VMA), rongga udara dalam campuran (Void In the Mix/VIM), rongga terisi aspal (Void Filled with Asphalt/VFA), Marshall Quotient (MQ), stabilitas, kelelehan (flow), kerapatan (density), Kadar Aspal Optimum (KAO), dan uji indek kekuatan sisa standar dinyatakan dalam uji perendaman Marshall selama 24 jam (Bina Marga 2010).

5. Penggunaan variasi kadar limbah polymer 0%, 3%, 6% dan 9%, dari berat  aspal.

6. Masing-masing variasi limbah polymer dibuat 3 benda uji. 

7. Variasi aspal Pb - 1, Pb - 0,5, Pb, Pb + 0,5, Pb + 1.

1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan limbah polymer sebagai bahan campuran lapisan aspal beton Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC)  terhadap karakteristik Marshall. 

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kalangan akademisi dan masyarakat yaitu :

1. Menjadi bahan kajian kalangan akademisi yang bergelut di bidang jalan raya.

2. Limbah polymer yang selama ini dianggap sebagai limbah, dengan adanya hasil penelitian ini limbah polymer dapat dimanfaatkan dalam perkerasan jalan.

Sekian artikel kali ini mengenai Pengaruh Polymer Terhadap Karakteristik Campuran Laston Lapis Aus (Ac-Wc), semoga bisa bermanfaat untuk anda, sampai ketemu di pembahasan selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, Sejarah, Fungsi dan Kegunaannya Auto Cad Dalam Kehidupan Arsitek